Kamis, 15 Agustus 2013

Makna Ekaristi

PRIBADI EKARISTIS

 
Kata sifat “Ekaristis” di sini menunjukkan bagaimana jadinya atau seperti apakah seorang pribadi itu karena memahami, merayakan dan menghidupi Ekaristi. Hal ini berarti Sakramen Ekaristi yang ditetapkan oleh Yesus Kristus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir berperan membentuk pribadi-pribadi pengikut Kristus. Yesus berkata: “Ambil dan makanlah, inilah TubuhKu; ambil dan minumlah, inilah DarahKu” (Markus 14, 22-25; Matius 26, 26-29; Lukas 22, 15-20; 1Kor 11, 23-25) merupakan saat istimewa penetapan itu.

Pribadi yang ekaristis mengandung arti sempit atau yang kaku, tetapi juga arti luas atau sebagai kehidupan nyata dan luas. Di antara kita banyak yang memahami Ekaristi, khususnya para pengikut Kristus yang rutin dengan perayaan Misa Kudus mingguan dan harian. Ada juga yang cukup membatasi diri pada saat konsekrasi roti berubah menjadi tubuh manusia, dan anggur menjadi darah manusia. Jika keterbatasan pemahaman ini selalu menjadi suatu pegangan dalam hidup beriman, orang lalu punya pandangan sempit bahwa hanya pribadi-pribadi pengikut Kristus seperti inilah yang akan masuk surga!

Pribadi ekaristis yang dikehendaki oleh Yesus Kristus sebenarnya ialah sebuah kehidupan nyata dan menyeluruh dalam hidup setiap orang. Itulah sebabnya Yesus sendiri menjamin bahwa diri-Nya yang adalah Roti dari surga memang dimaksudkan untuk memberi kehidupan, bukan sekedar diingat dan dirayakan. “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”(Yoh 6, 51). Yesus menjadikan roti sebagai tanda Pribadi-Nya, dan ketika roti itu dipecah-pecah dalam doa dan perayaan, ia pasti memberikan dirinya untuk dihormati dan dimuliakan. Tetapi, sama seperti makanan yang tidak berhenti berpengaruh pada saat memakannya di meja makan, roti Ekaristi memberikan pengaruh bagi hidup kita setelah merayakannya dalam Perjamuan Kudus antara imam dan umat Allah. Tubuh Kristus yang disantap membuat diri kita menjadi pribadi yang sesungguhnya berbeda dari pada saat sebelum menerimaNya.

Seperti apakah pribadi yang ekaristis itu? Kita harus menjawabnya mulai dari dalam gereja, yang secara yuridis Gereja menjadi tempat perayaan Ekaristi. Setiap orang yang ikut serta dalam perayaan Misa Kudus kiranya sampai pada suatu kemampuan iman untuk percaya akan kehadiran Yesus Kristus yang sesungguhnya di dalam perayaan Ekaristi. Kita mengambil bagian dalam Ekaristi bukan karena apa atau siapa tetapi Yesus Kristus yang hadir secara pribadi. Oleh sebab itu, sering kalau alasan tempat parkir bagus, gedung ber-AC, umatnya ramah, orang mudahnya ganteng dan cantik, pastornya ramah ditambah kotbah yang bagus dan masih banyak alasan sementara, semua ini pasti tidak membentuk suatu pribadi ekaristis.


Kelanjutan dari iman akan kehadiran Yesus dalam perayaan Ekaristi ialah pribadi-pribadi yang dipenuhi Roh Tuhan, karena menerima Ekaristi adalah bersatu dengan hidup Kristus sendiri. Ia sendiri berkata: “Akulah roti hidup” (Yoh 6, 51). Menerima-Nya berarti kita tidak hanya dibuat kuat dan semangat dalam hidup saat ini, tetapi juga hidup yang kekal. Kita dipenuhi dengan Roh berarti kita kuat, mampu mengasihi orang lain, bertahan dan melawan godaan atau kesulitan hidup, tekun dalam hidup rohani, memiliki kebebasan dalam Roh sehingga mampu melawan penghambaan karena materialisme dunia. Daya rohani dalam diri kita sangatlah vital supaya membantu kita mengimbangi semua daya sekular yang mengelilingi kita. Bayangkan saja: satu pribadi ekaristis harus konsisten mengatakan “TIDAK” kepada semua pengaruh yang membuatnya tergiur untuk korupsi, bohong, malas, iri hati, diskriminatif yang mengelilingi atau mendesaknya setiap saat; pasti semua itu membutuhkan usaha yang tidak ringan! Ia bisa melakukannya jika dirinya dipenui oleh Roh Tuhan.

Pribadi yang ekaristi adalah orang yang memiliki suka cita. Misalnya di tangan saya ada uang lima juta, tiket pergi-pulang London, kupon makan gratis 5 kali di hotel berbintang, jadwal jumpa pribadi dengan bintang Holywood Angelina Jolie, dan sebuah kantong plastik hitam dengan lubang kecil yang di luarnya tertulis “Jika tidak keberatan ambil saja untukmu!” Pilih yang mana? Anda perlu kebijaksanaan untuk memilih. Kecuali kantong hitam itu, pilihannya memang menggiurkan tapi bisa akan bertahan hanya sehari, seminggu atau sebulan. Karena kantong plastik hitam itu membungkus sebuah buku kecil tentang cara-cara hidup dalam suka cita. Begitulah dengan Ekaristi yang rutin, tidak heboh-heboh, punya aturan yang harus diikuti, menuntut ketekunan, mengharuskan persiapan dan perlu pertobatan lebih dahulu. Jika memilih dan memanfaatkannya dengan baik ada suka cita berlimpah yang akan didapatkan.

Dengan bersuka cita, pribadi-pribadi ekaristis tentu akan menjadi sangat rela dan giat membangun persekutuan sebagai buah utama Sakramen Ekaristi. Mereka adalah orang-orang pemersatu dan bersekutu. Mereka mewujudkan apa yang dikatakan oleh St. Paulus: “Kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1Kor 10,17). Seorang ibu rumah tangga berusaha sedemikian rupa supaya meja makan dengan variasi hidangan yang teratur dapat menjadi sarana ampuh untuk mempersatukan semua anggota keluarga. Kita jarang menemukan seperti ini sekarang dalam keluarga-keluarga kota besar. Tetapi ibu ini bisa melakukannya, maka patut diteladani. Ini merupakan contoh pribadi yang ekaristis.

Melalui kemampuan mempersatukan dan hidup bersama, pribadi-pribadi ekaristis sebenarnya menegaskan diri sebagai orang-orang yang hidup dalam semangat persaudaraan dan kekeluargaan. Suami dan isteri yang menerima Ekaristi membaharui persekutuan mereka tidak hanya kepada Tuhan tetapi juga kepada masing-masing pribadi. Pria dan wanita belum menikah yang berbagi dalam Ekaristi mengabdikan diri mereka bagi kebaikan sesama di sekitarnya. Orang-orang profesional dan berbakat, dengan Ekaristi mereka berusaha untuk tidak memisahkan dirinya dalam berbagi dengan orang lain. Orang-orang berpunya yang menerima Ekaristi, kiranya berbagi meja dengan mereka yang kekurangan.

Dalam semangat persaudaraan dan kekeluargaan itu, pribadi yang ekaristis memantapkan diri sebagai orang yang peduli dan penuh kasih. Menerima Komuni Kudus (Yesus) adalah menerima orang lain dalam jangkauan perhatian kita. Akan ada hal yang salah tentang hubungan kita dengan Tuhan di dalam Ekaristi, jika persekutuan tidak membawa kita kepada hidup yang peduli dan berbagi kasih dengan sesama khususnya yang menderita atau dalam bahaya. Jika Yesus membasuh kaki para rasul pada waktu perjamuan malam terakhir, hal ini adalah panggilan bagi semua pribadi ekaristis untuk memperkuat kepedulian dan pelayanan kasih kepada sesama yang membutuhkan. (P.Peter Tukan,SDB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar